Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Ngasuh Gunung, Sembek Selamat Pendakian Rinjani

Jumat, 08 Agustus 2025 | Agustus 08, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-08-09T01:14:08Z
Sembek: Mangku Adat Desa Sajang, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur melakukan sembek kepada salah seorang warga yang akan ikut naik ke Rinjani pada upacara adat Ngasuh Gunung.


Bau kemenyan di Desa Sajang, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur menyeruak. Aromanya tajam, menusuk penciuman.


Asap kecilnya menggantikan kabut yang pamit. Harum semerbaknya mengisi ruangan bale lokaq (rumah tua).


Menjelang siang hari, warga Sajang begitu ramai. Mulai tua, dewasa, remaja, anak-anak, laki dan perempuan, semua berbalut pakaian adat.


Di depan para tetua, beragam jenis bahan sesajian terlihat. Dari daun sirih, buah pinang, gambir, apuh (bubuk berwarna putih), dan tembakau susut. 


Terdapat pula hidangan berupa kue-kue basah khas desa Sajang. Ada juga nasi beserta lauk pauknya.


Edi Susanto, berpangkat Kiyai Adat, mulai merapalkan doa. Puji-pujian itu diikuti khusu' oleh warga. 


"Ini namanya ritual ngasuh Gunung," ucap Kiyai Adat Desa Sajang, Edi Susanto, ditemui usai kegiatan. 


Ritual ini merupakan bentuk spritual masyarakat meminta keselamatan kepada Tuhan. Bagi orang-orang yang akan naik ke gunung Rinjani.


Dibalik keindahannya, tuah Rinjani memang begitu melegenda. Ceritanya bahkan sudah membatu menjadi keyakinan.


Orang-orang terdahulu jika ingin naik maka harus melalui beberapa ritus. Salah satunya ialah ngasuh gunung.


Menurut kepercayaan mereka, melakoni proses itu akan mendapatkan keselamatan selama beraktivitas di Rinjani, hingga turun kembali.


Aturan adat mewajibkan mereka, siapa pun ingin naik, mengenakan kain putih polos. Serupa ihram saat melaksanakan ibadah haji di tanah suci. 


Di gunung, yang di rapalkan hanya doa. Setiap langkah memuncaknya diiringi dengan puji-pujian mantra.


Sebagai tiket mereka bukan secarik kertas kecil. Melainkan Sembek, sebagai tanda di kening. 


"Makanya jangan sampai hal-hal yang sekecil ini kita hilangkan begitu saja. Bahkan orang tua kita dulu sebelum ke gunung mereka di Sembek dulu," katanya.


Sembek atau Simbik, dalam penuturan masyarakat Lombok, bisa berarti orang yang ditakdirkan. Atau bisa digunakan sebagai simbol pengobatan tradisional.


Karena kehidupan berdampingan dengan mahluk tak kasat mata. Di gunung pun wajib ada. Semua orang harus percaya tentang keberadaan mereka. 


Maka dari itu naik ke Rinjani harus melalui proses itu. Tentu selanjutnya dilakukan dengan tata cara dan akhlak yang baik, serta mencintai alam.


Contoh itu, datang para orang tua terdahulu. Saat hendak naik ke Rinjani betul-betul dilakukan dengan cara yang baik, beretika, menghormati gunung dan sangat cinta terhadap alam.


Cara-cara yang diwariskan orang tua terdahulu saat mendaki, kata Edi, betul-betul dilakukan dengan penuh sopan santun dan tata Krama. Sebab Rinjani bukan hanya sekedar gunung, tapi merupakan tempat suci.


Tidak heran, orang terdahulu ketika hendak naik ke Rinjani, akan menemui sejumlah orang seperti mangku Gunung, mangku ada adat dan tokoh lainnya.


"Bahkan, Maulana Syekh Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, pahlawan nasional mengatakan gunung Rinjani itu tempat para wali," terangnya.


Selain di dasari niat yang bagus, juga harus dibarengi dengan akhlak baik pula. Lantaran itu mereka dulu datang dengan pakaian yang rapi, bahasa yang sopan untuk minta petunjuk dan

saran saat hendak menaikinya.


Sehingga tak pernah terdengar kejadian-kejadian pendaki yang terjatuh seperti saat ini. Semua yang pergi kembali dengan selamat.


Itulah bentuk kesederhanaan 

orang-orang tua dulu jika ingin pergi ke gunung. 


Dia pun meminta kepada masyarakat, siapa saja yang akan naik ke Rinjani untuk tidak menghilangkan adat istiadat di masyarakat, peninggalan orang tua terdahulu.


Dia menuturkan, ritual ngasuh gunung dilakukan oleh mangku gunung. Penyelesaian prosesi adat dilakukan oleh Kiyai Adat serta para orang tua di Desa Sajang.


Setelah acara doa bersama di rumah adat, sejumlah tokoh adat yang akan naik ke gunung Rinjani kemudian di sembek (Pemberian tanda di kepala) oleh mangku.  Sebelum perjalanan ke Pos dua.


Di gunung berbagai rangkaian adat dilakukan, termasuk doa dan makan bersama-sama. Prosesi adat bahkan dilakukan selama dua hari, sehingga masyarakat akan menginap di gunung untuk menyelesaikan semua prosesi ritus tersebut.


Menurutnya, adat dan agama tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Bahkan masyarakat mengenal Islam melalui adat.


Ritus ini diakuinya wajib dialkukan oleh masyarakat yang ada di lingkar Rinjani. Waktu pelaksanaan tidak ditentukan, tergantung dari masyarakat sendiri. 


"Bisanya dilakukan 1 kali dalam dua tahun, bahkan 1 kali dalam 3-5 tahun," bebernya.


Sore harinya kabut kembali hadir. Menemani peristirahatan Rinjani di jeramahi pendaki. 


Rinjani nampak tenang. Seperti orang yang tengah melepas lelah di sore hari. 

×
Berita Terbaru Update